Selasa, 25 April 2017

Tugas
DASAR TELEKOMUNIKASI




LA ODE SUWARNO
E1D1 16 047





JURUSAN S1 TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
Tugas 2
DASAR TELEKOMUNIKASI





LA ODE SUWARNO
E1D1 16 047





JURUSAN S1 TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

PENGERTIAN TRANSDUCER DAN SENSOR
Gbr 1:Transducer sebagai pengalih besaran
Transducer (Transduser) adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).
Sensor adalah elemen sistem yang secara efektif berhubungan dengan proses dimana suatu variabel sedang diukur dan menghasilkan suatu keluaran dalam bentuk tertentu tergantung pada variabel masukannya, dan dapat digunakan oleh bagian sistem pengukuran yang lain untuk mengenali nilai variabel tersebut. sebagai contoh adalah sensor termokopel yang memiliki masukan berupa temperatur serta keluaran berupa gaya gerak listrik (GGL) yang kecil. GGL yang kecil ini oleh bagian sistem pengukuran yang lain dapat diperkuat sehingga diperoleh pembacaan pada alat ukur.

1.      MACAM-MACAM TRANSDUCER

 Contoh-contoh transducer:
·         Mikrofon : besaran akustik →besaran listrik
·         Loudspeaker: besaran listrik→ besaran akustik
·         Tabung sinar katoda :besaran listrik →besaran gambar
·         Foto sel: besaran cahaya →besaran listrik

2.1  MIKROFON
Mikrofon tergantung kepada sudut peninjauannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Sudut peninjauan gejala fisis:
·         Mikrofon arang: Mikrofon bekerja berdasar perubahan resistansi R
·         Mikrofon elektrodinamis: Mikrofon yang bekerja berdasar perubahan induktansi L
·         Mikrofon kondensator: Mikrofon yang bekerja berdasar perubahan kapasitor C
2. Sudut peninjauan diagram arah:
·         Mikrofon Non Directional: Mikrofon yang mempunyai kepekaan penerimaan sama dari segala arah
·         Mikrofon Uni Directional: Mikrofon yang kepekaan penerimaannya maksimum dr suatu arah tertentu.
·         Mikrofon Bi Directional: Mikrofon yang kepekaan penerimaannya maksimum dari 2 (dua) arah tertentu.
3. Sudut peninjauan tekanan getaran:
·         Mikrofon Tekanan
·         Mikrofon Beda Tekanan.

2.2  LOUDSPEAKER
Fungsi louspeaker adalah untuk merobah besaran listrik menjadi besaran akustik.
Berdasar cara kerjanya maka loudspeaker dapat dibedakan atas:
·         Loudspeaker radiasi langsung/direct radiated loudspeaker
·         Loudspeaker radiasi tak langsung / loudspeaker corong / horn loudspeaker.


Ø  LOUDSPEAKER RADIASI LANGSUNG
Keterangan:
1.      Celah udara utk sirkulasi
2.      Kumparan
3.      Inti kumparan dari bahan ferromaknetis
4.      Armatur besi lunak
5.      Membran yang menempel pada armatur
Gbr.2: Bagan suatu Loudspeaker Radiasi Langsung
Cara kerja:
Arus iac yang berasal dari output Audio Amplifier akan dialirkan melalui kumparan sehingga membangkitkan fluks maknit фm yang besarnya tergantung kepada jumlah lilitan serta bahan inti dari kumparan tersebut. Selanjutnya fluks maknit фm menyebabkan timbulnya medan maknit Em dan gaya maknit Fm yang besarnya tergantung dari besarnya фm tersebut
Gaya maknit Fm akan menarik armatur untuk mendekat misalnya sejauh ∆x, dan nilai ∆x ini sebanding dengan фm .
Karena arus iac yang mengalir adalah arus bolak balik, maka nilai ∆x bisa positip atau negatip, dalam arti bahwa armatur tersebut bisa bergerak mendekat atau menjauh.
Perobahan posisi armatur yang secara bergantian mendekat dan menjauh tersebut berlangsung dengan kecepatan sesuai frekuensi arus yang masuk (100 -10.000 Hz untuk musik ).
Karena membran menempel padanya, maka gerakan ini akan diikuti pula oleh membran, dikatakan membran bergetar.
Getaran membran akan membangkitkan suara yang merupakan besaran akustik.

Ø  HORN LOUDSPEAKER / LS. RADIASI TAK LANGSUNG
Keterangan:
1.      Celah udara untuk sirkulasi
2.      Kumparan
3.      Inti kumparan dari bahan ferromaknetis
4.      Armatur besi lunak
5.      Membran yang menempel pada armatur

Gbr.3: Bagan suatu Loudspeaker Radiasi Tak Langsung
Cara kerjanya:
Cara kerjanya mirip dengan Loudspeaker Radiasi Langsung, akan tetapi disini dengan adanya corong / horn yang panjang, getaran membran tidak secara langsung diradiasikan.






2.3  TABUNG SINAR KATODA ( CRT )
Gbr.4: Bagan suatu Tabung Sinar Katoda
Prinsip kerja:
a.       Bila katoda dipanasi oleh filamen maka dr permukaannya akan ditembakkan / diradiasikan elektron dalam jumlah besar.
b.      Control grid akan mengatur arah radiasi dari elektron-elektron tersebut sehingga akan menuju kesatu arah tertentu, sehingga akhirnya mayoritas elektron akan menuju anoda.
c.       Saat meliwati anoda pemberkas elektron-elektron membentuk suatu berkas yang sempit. Penyempitan elektron pada anoda pemberkas terjadi dengan bantuan 2 pasang pelat paralel sebagaimna pada Gbr. 5.      
Gbr.5: Anoda pemberkas yang berfungsi menyempitkan berkas elektron yang melaluinya.
Kedua pasang pelat diberi tegangan sedemikian rupa hingga timbul medan maknit yg arahnya dr kutub positip menuju kutub negatip. Medan maknit ini selanjutnya menekan / menjepit berkas elektron yang melaluinya sehingga membentuk berkas yang sangat sempit.
d.      Pelat anoda pemercepat:
Sepasang pelat anoda pemercepat akan memacu elektron agar punya kecepatan yang sangat tinggi.
e.       Pelat defleksi vertikal:
Berkas elektron merambat diantara 2 pelat defleksi vertikal yg terdiri dari 2 pelat paralel sebagaimana Gbr.6.
.
Gbr.6: Pelat defleksi vertikal yang membelokkan berkas elektron dalam arah vertikal.
Prinsip kerja pelat defleksi vertikal:
1.      Lintasan elektron akan lurus dan menumbuk layar dititik P bila kedua pelat mempunyai tegangan yng sama.
2.      Lintasan elektron melengkung keatas dan menumbuk layar dititik Q bila tegangan X lebih positip dari tegangan Y.
3.      Lintasan elektron akan melengkung kebawah dan menumbuk layar dititik R bila tegangan Y lebih positip dari tegangan X.
f.       Pelat defleksi horizontal:
Gbr.8: Pelat defleksi horizontal yang membelokkan berkas elektron dalam arah horizontal.
Prinsip kerja pelat defleksi horizontal:
1.      Lintasan elektron akan lurus dan menumbuk layar dititik P bila kedua pelat mempunyai tegangan yng sama.
2.      Lintasan elektron melengkung kedepan dan menumbuk layar dititik S bila tegangan X lebih positip dari tegangan Y.
3.      Lintasan elektron akan melengkung kebelakang dan menum-buk layar dititik T bila tegangan Y lebih positip dr tegangan X.


2.4  FOTO SEL
Gbr.9: bagan suatu foto sel.

Foto sel berfungsi merobah besaran cahaya menjadi besaran listrik.
Prinsip kerja:
Berkas cahaya yang datang / jatuh pada katoda akan memanas-kan katoda sehingga elektron yang terdapat pada permukaan katoda tersebut akan teradiasi.
Secara otomatis elektron akan tertarik dan terkumpul di anoda, berarti terjadi aliran elektron dari katoda ke anoda.
Semakin besar enersi cahaya, semakin banyak pula elektron yang smpai di anoda.
Karena aliran elektron berlawanan dengan arah arus, maka dengan perkataan lain ada aliran arus i dari anoda ke katoda, arus mana akan mengalir searah jarum jam.
Besarnya tegangan out put rangkaian diatas adalah Vout = i RL Volt.

3.      MACAM-MACAM SENSOR
Berikut ini merupakan macam-macam Sensor beserta Fungsi dan Implementasinya
3.1  SENSOR CAHAYA
       Sensor cahaya, seperti namanya sensor ini digunakan terhadap objek-objek yang memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda.  
Sensor cahaya terdiri dari 3 macam kategori:
1.      Fotovoltaic, prosedur kerja dari sensor ini yaitu, mengubah energi sinar langsung menjadi energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan.
2.      Fotokonduktif (fotoresistif ), sensor ini memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya. prinsip kerjanya, semakin tinggi intensitas cahaya yang terima sensor, maka akan semakin kecil pula nilai tahanannya.
3.      Fotolistrik, sensor yang berprinsip kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima.
Berikut ini merupakan beberepa contoh dari sensor cahaya:
a.       LDR (Light Dependent Resistor)
Sensor ini berfungsi untuk mengubah itensitas cahaya menjadi hambatan listrik. Prinsip kerja dari LDR  (Light Dependent Resistor) yaitu, semakin tinggi intensitas cahaya yang mengenai permukaan LDR (Light Dependent Resistor) maka hambatan listrik yang dihasilkan semakin besar, dan sebaliknya. Sensor ini dapat diimplementasikan dalam pembuatan lampu otomatis. Lampu yang secara otomatis hidup dimalam hari, dan mati disiang hari. Lampu hidup dikarenakan intensitas cahaya yang terbaca oleh sensor sangatlah minim, dan sebaliknya.
Gambar LDR
b.      Fotodiode
Fotodiode ini berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas dioda. Fotodiode sejenis dengan dioda pada umummya, perbedaannya pada fotodiode ini adalah dipasangnya sebuah lensa pemfokus sinar untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
Gambar Fotodiode
Prinsip kerja : Energi pancaran cahaya yang jatuh pada pertemuan “pn” menyebabkan sebuah elektron berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron berpindah ke luar dari valensi band meninggalkan hole sehingga membangkitkan pasangan elektron bebas dan hole. Contoh produk yang menggunakan sensor Fotodiode, mungkin kawan_kawan sudah tahu tentang robot yang satu ini, Line Follower atau lebih jelasnya Line Tracer. Sensor Fotodiode digunakan untuk menerima input perbedaan warna dari objek garis yang dipantulkan oleh pancaran lampu LED, sehingga Line Tracer dapat melaju dengan tepat melewati garis.
c.       Fototransistor
Berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi konduktivitas transistor. Fototransistor sejenis dengan transistor pada umummya. Perbedaannya terletak pada, fototransistor dipasang sebuah lensa pemfokus sinar pada kaki basis untuk memfokuskan sinar jatuh pada pertemuan ”pn”.
Gambar Fototransistor

3.2  SENSOR TEKANAN
Sensor tekanan sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya. Contoh produk yang menggunakan sensor Tekanan, seperti: Alat untuk mendeteksi tekanan darah orang dewasa secara otomatis. Alat tersebut dilakukan dengan manset yang dipasang di lengan pasien, kemudian dipompa sampai pada tekanan tertentu yang selanjutnya baru dilakukan pengukuran tekanan darah.
Gambar Sensor Tekanan

3.3  SENSOR PROXIMITY
Gambar Sensor Proximity
Proximity sensor atau yang disebut “ sensor jarak” adalah sebuah sensor yang mampu mendeteksi keberadaan benda yang berada didekatnya tanpa melakukan kontak fisik secara langsung. Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar. Contoh pemanfaatan dari sensor Proximity yaitu pada Smartphone yang pada proses pengaplikasiannya menggunakan teknik Air Gesture. Dimana penggunanya dapat melakukan manajemen akses ke smartphone tanpa melakukan kontak fisik ke layar smartphone.

3.4  SENSOR ULTRASONIK
Gambar Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil. Banyak produk-produk yang pada pemrosesannya menggunakan sensor Ultrasonik. Misalnya: pada Robot KRCI (kontes robot cerdas indonesia) tergolong semua kontestan menggunakan sensor Ultrasonik. Sehingga robot dapat melalui rintangan dengan tidak menyentuh objek-objek yang berada disekitarnya.

3.5  SENSOR KECEPATAN (RPM)
Gambar Sensor Kecepatan
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi. Contohnya pada alat pengukur kecepatan speedometer. Alat tersebut mengukur kecepatan laju motor dalam kilometer perjam.

3.6  SENSOR MAGNET
Gambar Sensor Magnet
Sensor Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap. Implementasi dari alat ini seperti, Pengukuran medan magnet berbasis komputer terdiri dari sensor medan magnet UGN3503, Op-Amp LM358 dan ADC 0804. Prinsip kerja alat adalah mendekatkan magnet pada sensor. Keluaran sensor berupa tegangan akan dikuatkan oleh op-amp agar dapat diproses oleh ADC. Selanjutnya tegangan dikonversi oleh ADC menjadi data digital, kemudian diolah oleh komputer dengan program visual basic dan hasilnya ditampilkan pada PC.

3.7  SENSOR PENYANDI (ENCODER)
Gambar Sensor Penyandi (Encoder)
Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean  dalam susunan tertentu. Contohpengimplementasiannya yaitu sensor ini dapat dibuat menjadi suatu sistem yang dapat menghitung kekuatan gempa bumi dengan menggunakan sensor incremental rotary encoder dan diolah oleh mikrokontroler.

3.8  SENSOR SUHU
Gambar Sensor Suhu
          Seperti namanya, sensor ini tentunya digunakan untuk mendeteksi suhu. Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan, yaitu thermocouple (T/C)  resistance temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas. Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear. Biasanya sensor ini banyak dipasang pada alat detektor asap yang digunakan untuk melacak adanya kebakaran.

3.9  FLOW METER SENSOR
Gambar Sensor Flow Meter
Flow Meter merupakan Sensor yang digunakan untuk mengetahui flow dari suatu material baik solid maupun liquid. Di Dunia Industri terdapat macam-macam jenis dari Sensor Flow ini. Untuk Yang Liquid biasanya menggunakan jenis Turbin, Elektromagnetic, VenturiMeter dan lain-lain. Sedangkan untuk Solid material biasanya digunakan dari kombinasi beberapa peralatan instrument yang dijadikan Flow Meter, contohnya Weigh Feeder.

3.10                      FLAME SENSOR
Gambar Flame sensor
            Flame sensor ini dapat mendeteksi nyala api dengan panjang gelombang 760 nm ~ 1100 nm. Dalam banyak pertandingan robot, pendeteksian nyala api menjadi salah satu aturan umum perlombaan yang tidak pernah ketinggalan. Oleh sebab itu sensor ini sangat berguna, yang dapat Anda jadikan 'mata' bagi robot untuk dapat mendeteksi sumber nyala api, atau mencari bola. Cocok digunakan pada robot fire-fighting dan soccer robot.
Sensor nyala api ini mempunyai sudut pembacaan 60 derajat, dan beroperasi pada suhu 25 -85 derajat Celcius. Dan tentu saja untuk Anda perhatikan, bahwa jarak pembacaan antara sensor dan objek yang dideteksi tidak boleh terlalu dekat, untuk menghindari kerusakan sensor.

4.      PENJELASAN
IMPEDANSI
Impedansi (disebut juga hambatan dalam, Z) adalah nilai resistansi yang terukur pada kutub kutub sinyal jack alat elektronik. Semakin besar hambatan/impedansi, makin besar tegangan yang dibutuhkan. Impedansi tidak dapat dikatan sebagai hambatan secara spontan. Karena terdapat perbedaan yang mendasar dari keduanya.  Beberapa sumber mengatakan bahwa impedansi merupakan hasil reaksi hambatan (R, resistensi) dan kapasitas elektron (C, capacitance) secara bersamaan. Daya merupakan tegangan kuadratnya dibagi impedansnya:
P = V2 / Z

P = daya (watt)
V = tegangan (volt)
Z = impedans (ohm)

Impedansi listrik, atau lebih sering disebut impedansi, menjelaskan ukuran penolakan terhadap arus bolak-balik sinusoidal. Impedansi listrik memperluas konsep resistansi listrik ke sirkuit AC, menjelaskan tidak hanya amplitudo relatif dari tegangan dan arus, tetapi juga fase relatif. Bila sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari beban tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fase yang mengalir pada beban tersebut. Faktor daya merupakan petunjuk
yang menyatakan sifat suatu beban.
Impedansi → Jumlah Hambatan Secara Vektor Pd Rangkaian Arus Bolak – Balik / AC.
1. Impedansi Rangkaian Seri R & L : Z = √ R2 + XL2
2. Impedansi Rangkaian Seri R & C : Z = √ R2 + XC2
3. Impedansi Rangkaian Seri R – L & C : Z = √ R2 + ( XL – XC ) 2

RESISTANSI
Hambatan atau Resistensi adalah kemampuan suatu benda untuk menahan aliran arus listrik. Dalam suatu sirkuit, arus listrik dari power suplay tidak sepenuhnya dapat digunakan secara bebas. Terkadang arus listrik tersebut harus di hambat untuk memperoleh efek tertentu pada sirkuit. Dalam suatu hambatan atom-atom nya akan bertumbukan dengan elektron-elektron sehingga laju dan kecepatan elektron menjadi berkurang. Karena kuat arus biasanya di hitung berdasarkan banyak dan kecepatan elektronnya, maka ketika jumlah elekron dan kecepatannya berkurang otomatis berkurang pula kekuatan arus yang mengalir dalam suatu hambatan.
Setiap Konduktor mempunyai hambatan. Ketebalan suatu konduktor menentukan besar-kecilnya hambatan yang dimilikinya. Konduktor yang tebal memiliki hambatan yang kecil. Kawat yang tebal mempunyai penampang lintang yang lebih lebar, sehingga mengandung lebih banyak elektron. Sebaliknya, konduktor yang panjang, memiliki hambatan yang besar. Ini dikarenakan semakin panjang suatu konduktor semakin banyak pula atom-atom yang akan menghadang gerak elektron bebasnya sehingga arus listrik yang dialirkan akan berkurang.
Resistansi (R) sebuah konduktor bisa dihitung dengan rumus berikut:
R = ᵨ x l / A
Dimana:
  • R : Resistansi dalam satuan Ohm ( Ω ),
  • ᵨ : Resistivitas dalam satuan Ωm,
  • l : panjang dalam satuan meter dan
  • A : luas area dalam satuan m2


KONDUKTANSI
Konduktansi, G, didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan untuk mengalirkan muatan dan dalam standar SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu mengkonduksikan arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahan itu susah mengalirkan muatan. Secara matematis, konduktansi merupakan kebalikan dari resistansi. Jadi
G = 1/R [siemens, S]
dimana R adalah resistansi, dalam ohm (Ω).
Walaupun satuan SI untuk konduktansi adalah siemens dan hampir diterima di seluruh dunia, buku-buku dan catatan yang lama masih menyatakan satuan konduktansi dalam mho (ejaan ohm dibalik) dan mempunyai lambang omega terbalik, ʊ, sebagai simbolnya. Dalam kasus ini, hubungannya:
1  ʊ = 1 S
ADMITANSI
Admitansi adalah perbandingan arus listrik efektif terhadap tegangan efektifnya untuk isyarat (sinyal) listrik bolak-balik (yang berbentuk sinusoida). Lambang admitansi adalah Y dengan satuan Siemens. Jadi admitansi berlaku dalam suatu kalang (lingkaran arus) AC (alternating current).
Admitansi adalah kebalikan dari impedansi, yaitu:
Disini konduktansi dan suseptansi jika impedansinya induktif dan jika impedansinya kapasitif.

REAKTANSI
Reaktansi adalah perlawanan komponen sirkuit/rangkaian atas perubahan arus listrik atau tegangan listrik karena adanya kapasitansi atau induktansi. Medan listrik yang terbentuk dalam komponen tersebut akan menghambat perubahan potensial listrik dan medan magnetik yang terbentuk menghambat perubahan arus listrik. Simbol yang dipergunakan untuk menyatakan reaktansi sama dengan yang dipergunakan pada hambatan listrik, namun memiliki beberapa perbedaan.
Nilai kapasitansi dan induktansi mempengaruhi sifat dari komponen tersebut, namun efek reaktansi tidak terlihat ketika komponen tersebut dialiri arus searah, efek reaktansi hanya akan terlihat jika ada perubahan arus atau tegangan. Jadi, nilai reaktansi berubah-ubah sebanding dengan perubahan arus, dan jika frekuensi perubahan arusnya teratur, seperti dalam arus bolak-balik, maka nilai reaktansi menjadi konstan. Jika rangkaian listrik dianalisis menggunakan Kalkulus vektor nilai tahanan adalah bagian riil dari nilai impedansi, sedang nilai reaktansi merupakan imajinernya. Keduannya sama-sama memiliki satuan internasional Ohm.
Resistor ideal tidak memiliki reaktansi (bernilai 0), sedang induktor dan kapasitor ideal tidak memiliki resistansi (tahanan bernilai 0).
Dalam diagram fasor, reaktansi digunakan untuk menghitung amplitudo dan perubahan fase sinusoidal dari arus bolak-balik yang mengalir dalam komponen. Dilambangkan dengan simbol X {\displaystyle \scriptstyle {X}} X.
Reaktansi X {\displaystyle \scriptstyle {X}}  X dan resistansi R {\displaystyle \scriptstyle {R}} R diperlukan untuk menghitung impedansi Z {\displaystyle \scriptstyle {Z}} Z. Untuk beberapa rangkaian satu dari tiga nilai ini dapat lebih berpengaruh dibanding yang lain, namun biasanya untuk komponen tertentu pengaruh ini dapat diabaikan, misal untuk resistor bisa kita abaikan nilai kapasitansi-nya, sedang untuk kapasitor kita bisa abaikan nilai resistansinya.
            Z = R + j X {\displaystyle Z=R+jX\,}
dimana
j 2 = − 1 {\displaystyle j^{2}=-1} jjj
Magnitudo Z {\displaystyle \scriptstyle {Z}} Z dan fase Ө θ {\displaystyle \scriptstyle {\theta }} impedansi bergantung pada nilai resistansi dan reaktansinya.
ǀZǀ =  = | Z | = Z Z = R 2 + X 2 {\displaystyle |Z|={\sqrt {ZZ^{*}}}={\sqrt {R^{2}+X^{2}}}} dimana Z {\displaystyle Z^{*}} Z’ adalah konjugasi bilangan kompleks ZZ {\displaystyle Z} θ = arctan ⁡ X R {\displaystyle \theta =\arctan {X \over R}}  
Magnitudonya adalah perbandingan voltase dan amplitudo arus, sedang fasenya adalah perbedaan nilai voltase dan arus.
  • Jika X > 0 {\displaystyle \scriptstyle {X>0}} X>0, maka reaktansinya disebut induktif
  • Jika X = 0 {\displaystyle \scriptstyle {X=0}} X=0, maka impedansinya dikatakan resistif murni
  • Jika X < 0 {\displaystyle \scriptstyle {X<0}} X<0, maka reaktansinya disebut kapasitif
Kebalikan dari reaktansi (yaitu, 1 / X {\displaystyle 1/X} 1/X) adalah suseptansi.

RELUKTANSI
Reluktansi terjadi dari seberapa sulit garis gaya magnet melewati sebuah benda. Secara teknis, reluktansi adalah sebuah ukuran kebalikan dari benda yang memiliki fluks magnet. Besi dan baja mempunyai reluktansi yang rendah dan udara memiliki reluktansi tinggi. Permeabilitas terjadi dari seberapa mudah untuk memberi sifat magnet lagi pada suatu benda. Dengan cara yang mudah permeabilitas dan reluktansi adalah ukuran yang berlawanan dari benda yang sama. Reluktansi menjadi lawan dari fluks magnet dan permeabilitas menjadi mudah jika benda dapat diberi sifat magnetis lagi. Motor listrik dibuat dengan jarak udara yang sangat kecil antara armatur dengan medan untuk mengurangi reluktansi rangkaian magnet. Ini membantu membuat medan magnet yang kuat.
Dari sifat-sifat logam terhadap kemagnetannya dapat dikatakan bahwa tidak semua logam dapat dijadikan benda magnet. Adapun bahan – bahan logam berdasarkan sifat kemagnetannya dibagi menjadi 3 golongan yaitu
  1. Ferro magnetik : ialah jenis logam yang sangat mudah dibuat menjadi benda magnet dan sangat mudah dipengaruhi magnet. Contoh : besi, baja, dan nikel.
  2. Para magnetik : ialah jenis logam yang tidak dapat dibuat menjadi benda magnet tetapi masih dapat dipengaruhi magnet. Contoh : platina dan mangan
  3. Dia magnetik : ialah jenis logam yang tidak dapat dibuat magnet dan juga tidak dapat dipengaruhi oleh magnet. Contoh : tembaga, aluminium dan fosfor.








Tugas 3
DASAR TELEKOMUNIKASI




LA ODE SUWARNO
E1D1 16 047





JURUSAN S1 TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

SOAL:
1.      karakteristik perambatan gelombang radio dengan frekuensi 20-100 kHz


2.      karakteristik perambatan gelombang radio dengan frekuensi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar